Saturday, January 22, 2011

SendAll!

Beberapa hari ini, kawan yang satu ini adalah teman saya yang paling setia menemani setiap kegiatan-kegiatan saya dimanapun. Mulai dari masjid, kampus, ruang kuliah, beli makanan, pasar, menjadi relawan, masuk kamar mandi, hampir disetiap kesempatan dan waktu selalu ditemani dengan 'sendall' ini. Kecuali kalau datang ke kondangan tentuk tidak pake ni sendall. Kalau dilihat dengan seksama, warna sendall ini memang sama. Tetapi jika ditelurusi lebih jauh, tidak perlu pake mikroskop, sebenarnya kedua sendall ini berbeda. Yang satu mereknya ardiles, yang satunya merknya skyway. Anehnya walaupun berbeda, sendall ini tetap saya pakai sampai sekarang.

Kalau dilihat dengan model-model sendall jepit sekarang, perbedaan bentuk atau warna pada sendall kiri dan kanan itu menjadi hal yang lumrah, malah bisa disebut trend. Saya juga punya seorang teman yang membeli sendall, terang-terangan, langsung dari toko, jelas-jelas beda antara sisi kanan dan kiri, tetapi tetap saja dibeli. Kurang paham apakah sampai sekarang masih dipakai atau tidak. Dilihat-lihat beliaunya bangga sekali, memakai sendall aneh tersebut. Ya, itulah fenomena dan keanehan yang terjadi pada masa-masa sekarang ini. Yang aneh yang dicari, atau bahkan bisajadi yang dibanggakan.

Tapi, terhadap diri saya, sejarah berkata lain. Kejadian yang menimpa saya, sehingga menjadikan sendall berbeda tidak begitu tragis. Awalnya, beberapa hari yang lalu, saya pulang ke rumah dan dibelikan sama ummi sendall jepit baru, karena memang selama ini memakai sendall yang sudah sangat butut sekali (lebay :p). Kemudian, dibawalah sendall itu ke jogja, tempat saya biasanya bermain dan belajar, sampai akhirnya sendall itu saya bawa ke masjid, karena waktu itu sudah waktunya sholat. Bada sholat didapati sendall saya sudah berubah seperti itu. Saya tetap berprasangka baik, barangkali ada orang yang salah ngambil. Karena memang jenis sendall di atas sungguh sangat pasaran, banyak sekali orang punya, banyak sekali orang memakainya, karena simpel, ergonomis, ekonomis, cukup keren. Waktu sholat berikutnya datang, saya kembali dengan niat tambahan, semoga seseorang yang tertukar sendallnya dengan saya, juga ke masjid lagi dan saya bisa menukar sendall pemberian ummi. Harapan itu masih ada, saya fikir seperti itu (kayak lyric nasyidnya shouhar ya...). Tetapi yang ditunggu tak kunjung datang, jamaah masjid cuman dihadiri beberapa dan saat saya lihat ditempat sendall, sendall yang saya maksudpun tidak ada. Saya berucap, 'barangkali memang orang yang tertukar sendallnya dengan sendall saya, memang lebih menyukai sendall saya ;)' Ya akhirnya saya menggunakan sendall ini sampai sekarang, entah sampai kapan.

Posted to learn writing (cerita tentang sendall)

No comments:

Post a Comment